PEMBENTUKAN KARAKTER (SANTUN DAN HORMAT PADA ORANG LAIN) MELALUI PENGKONDISIAN DAN KETELADANAN

Standar

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Konsep Dasar Karakter Kesopanan
  2. Pengertian Kesopanan

Menurut Muhajir, (2010:1) kesopanan adalah kesopanan lembut dan sikap sopan, pada abad pertengahan di Eropa, perilaku yang diharapkan dari bangsawan itu di dusun   dalam buku-buku santun. Terbesar diantaranya ialah Cortegiano yang tidak hanya meliputi etiket dasar dan sopan santun tetapi juga memberikan model percakapan canggih dan keterampilan intelektual.

Pengertian dari sopan-santun dalam Wikipedia dijelaskan bahwa sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Contoh-contoh norma kesopanan ialah:

  1. Menghormati orang yang lebih tua.
  2. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
  3. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.
  4. Tidak meludah di sembarang tempat.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sopan_santun)

 

  1. Macam-macam Kesopanan
  2. Kesopanan Berbahasa

Santun bahasa menunjukan bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial dalam kehidupannya secara lisan. Setiap orang harus menjaga santun bahasa agar komunikasi dan interaksi dapat berjalan baik. Bahasa yang dipergunakan dalam sebuah komunikasi sangat menetukan keberhasilam pembicaraan (Kuraesin, 1975: 6)

  1. Sopan santun Berperilaku

Santun adalah satu kata sederhana yang memiliki arti banyak dan dalam, berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan dalam perilaku dan perbuatan positif. Perilaku positif lebih dikenal dengan santun   yang dapat diimplementasikan pada cara berbicara, cara berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan kapan pun. Santun yang tercermin dalaman perilaku bangsa Indonesia ini tidak tumbuh dengan sendirinya namung juga merupakan suatu proses yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa yang luhur. Chazawi (2007: 12).

 

  1. Norma Kesopanan

Ada berbagai macam jenis norma-norma sosial, yang tak selamnya dapat mudah dibedakan satu sama lain. Oleh karena itulah usaha-usaha mengadakan klasifikasi yang sistematis amatlah sukar. Satu di antara usaha-usaha ini mencoba membedakan norma-norma sosial disokong oleh sanksi-sanksi yang tidak seberapa berat serta tak mengancamkan ancaman-ancaman fisik, sedangkan satu golongan lagi berlaku dengan sokongan-sokongan sanksi-sanksi yang berat serta disertai dengan ancaman-ancaman fisik (Narwoko dan Bagong: 2004).

 

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi lunturnya nilai-nilai kesopanan

Menurut Mahfudz (2010:03), berpendapat bahwa kurangnya sopan santun pada anak disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

  1. Anak-anak tidak mengerti aturan yang ada, atau ekspektasi yang diharapkan dari dirinya jauh melebihi apa yang dapat mereka cerna pada tingkatan pertumbuhan mereka saat itu
  2. Anak-anak ingin melakukan hal-hal yang diinginkan dan kebebasannya
  3. Anak-anak meniru perbuatan orang tua
  4. Adanya perbedaan perlakuan disekolah dan dirumah
  5. Kurangnya pembiasaan sopan santun yang sudah diajarkan oleh orang tua sejak dini

 

  1. Penghormatan terhadap Orang Lain

Penghormatan orang lain, mengharuskan kita untuk memperlakukan orang bahkan orang-orang yang kita benci sebagai manusia yang memiliki nilai tinggi dan memiliki hak yang sama dengan kita sebagai individu. Berdasarakan penghormatan yang kompleksnya jaringan kehidupan ini maka tindakan kasar yang dilakukan terhadap hewan pun menjadi sesuatu yang dilarang sehingga kita diharuskan untuk berlaku baik dengan cara melindungi alam lingkungan ketika kita hidup dari rapuhnya ekosistem dan segala kehidupan ini bergantung di dalamnya.

Bentuk lain dari rasa hormat dapat terlihat dari hal-hal berikut. Rasa hormat terhadap suatu kewenangan muncul dari pemahaman bahwa gambaran dari legitimasi wewenang merupakan pengalihan bentuk kepada orang lain. Tanpa adanya orang yang berwenang, kita tidak mungkin menjalani kehidupan keluarga, sekolah, maupun negara. Ketika orang-oran tidak lagi menghargai suatu kewenangan berlaku, maka kehidupan ini akan berjalan dengan tidak baik dan akan muncul banyak orang yang dirugikan.

“Kesopanan Umum” juga merupakan bentuk lain dari penghormatan terhadapa orang lain. Bentuk kesopanan umum ini dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada anak-anak sikap untuk mengucapkan maaf, meminta ijin atau permisi, serta mengatakan terimakasih. Dan anak-anak diajarkan sikap-sikap tersebut bukan dengan cara kaku, tetapi dengan cara yang membuat mereka paham akan nilai-nilai dalam menghormati orang lain.

Pada akhirnya, keadilan sebagai nilai dari rasa hormat dilibatkan dalam interaksi kehidupan sekecil apapun. Hal tersebut juga menjadi dasar terhadap prinsip-prinsip utama dari sebuah demokrasi dan bentuk penghormatan bagi orang lain yang memberian kepada masyarakat untuk membuat konstitusi yang mengharuskan pemerintah untuk melindungi bukan mengganggu, hak-hak warga negara yang telah diatur ebelumnya.

Misi moral pertama dari sekolah-sekolah yang ada adalah untuk mengajrakan nilai-nilai dasar penghormatan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

  1. Strategi/ Pembentukan Karakter Terpuji (Santun atau Menghormati Orang Lain) Melalui Pengkondisian

Pembentkan karakter sopan santun (menghormati orang lain) melalui keteladanan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya (Lickona, 2013):

  1. Menciptakan Komunitas yang Bermoral

Menciptakan komunitas yang bermoral dengan mengajarkan siswa untuk saling menghormati, menguatkan, dan peduli. Dengan ini, rasa empati siswa akan terbentuk.

  1. Disiplin Moral

Disiplin moral menjadi alasan pengembangan siswa untuk berperilaku dengan penuh rasa tanggung jawab di segala sitasi, tidak hanya ketika mereka di bawah pengendalian atau pengawasan guru atau orang dewasa saja. Disiplin moral menjadi alasan pengembangan siswa untuk menghormati aturan, menghargai sesame, dan otoritas pengesahan atau pengakuan guru.

  1. Menciptakan Lingkungan Kelas yang Demokratis: Bentuk Perteman Kelas

Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis dapat dilakkan dengan membentuk pertemuan kelas guna membentuk karakter terpuji santun atau menghoramti orang lain. Menurut Lickona (2013:212), tjuan perkembangan karakter dari pertemuan kelas yaitu:

1) mengembangkan siswa melalui kebiasaan tatap muka untuk mencapai kemampuan siswa yang mampu mendengarkan, menghargai, dan menghormati pendapat orang lain.

2) menyediakan sebuah forum untuk bertukar pikiran sehingga akan mncul rasa kepercayaan diri masing-masing individu.

3) membantu perkembangan ketiga bagian karakter, kebiasaan moral, perasaan, dengan melakukan latihan setiap hari dalam kehidupan di kelas.

4) menciptakan komunitas moral sebagai sebah struktur dukungan untuk memelihara wilayah sebuah kualitas karakter yang baik bahwa sejatinya para siswa itu berkembang.

5) mengembangkan sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengambil peranan dalam kelompok pengambil keputusan secara demokratik.

  1. Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum

Kurikulum berbasis nilai moral akan membantu membentuk atau mengkondisikan siswa dalam membentuk karakter terpuji. Dan salah satunya adalah karakter santun. Dari kurikulum berbasis nilai moral ini bergerak dan menuju pusat dari proses belajar-mengajar.

  1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan dan membentuk karakter terpuji santun atau menghargai orang lain karena pembelajaran kooperatif memiliki banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut diantaranya, proses belajar kooperatif dapat mengajarkan nilai-nilai kerja sama, membangun komunitas di dalam kelas, keterampilan dasar kehidupan, memperbaiki pencapaian akademik, rasa percaya diri, dan penyikapan terhadap sekolah, dapat menawarkan alternative dalam pencatatan, dan yang terakhir yaitu memiliki potensi untuk mengontrol efek negatif.

  1. Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral

Melalui diskusi moral, siswa mampu bertukar pendapat dengan siswa lain. Hasilnya, mampu membat siswa tersebt saling menghargai pendapat-pendapat yang memang berbeda dengan pendapatnya. Diskusi moral ini lebih kebanyakan bertujuan untuk menyamakan pendapat antara pendapat yang satu dengan lainnya.

 

  1. Strategi/ Pembentukan Karakter Terpuji (Santun atau Menghormati Orang Lain) Melalui Keteladanan.

Pembudayaan merupakan suatu proses pembiasaan. Pembudayaan opan antun dapat dimaksudkan ebagai upaya pembiasaan ikap opan antun agar menjadi bagian dari pola hidup eeorang yang dapat dicerminkan melalui ikap dan perilaku kesehariannya. Opan antun ebagai perilaku dapat dicapai oleh anak melalui berbagai cara. Proses ini dapat dilakukan di rumah maupun di sekolah.

Pembudayaan sopan antun di rumah dapat dilakukan melalui peran orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

a)      Orang tua memberikan contoh-contoh penerapan perilaku sopan santun di depan anak. Contoh merupakan alat pendidikan yang sekaligus dapat memberikan pengetahuan pada anak tentang makna dan implementasi dari sikap sopan santun itu sendiri. Menurut  pendapat  Dyah  Kusuma  (2009)  seperti  yang  dimuat dalam  http://indteacher.wordpress.com/2009/05/06/

“pembentukan perilaku sopan santun sangat dipengaruhi lingkungan. Anak pasti menyontoh perilaku orang tua sehari-hari. Tak salahlah kalau ada yang menyebutkan bahwa ayah/ibu merupakan model yang tepat bagi anak. Di sisi lain, anak dianggap sebagai sosok peniru yang ulung. Lantaran itu, orang tua sebaiknya selalu menunjukkan sikap sopan santun. Dengan begitu, anak pun secara otomatis akan mengadopsi tata- krama tersebut.”

Contoh merupakan sarana yang paling ampuh dalam menanamkan sikap sopan santun pada anak, dengan contoh anak dapat secaralangung melihat model dan sekaligus dapat meniru dan mengetahui implementasinya. Orang tua dapat menanamkan makna dari sikap sopan ini akan lebih mudah.

b)      Menanamkan sikap sopan santun melalui pembiasaan. Anak dibiasakan bersikap sopan dalam kehidupan sehari hari baik dalam bergaul dalam satu keluarga maupun dengan lingkungan. Seperti yang diungkapkan oleh Dyah Kusuma (2009) dalam   http://indteacher.wordpress.com/2009/05/06/ yaitu:

“Kelak, anak yang dibiasakan dari kecil untuk bersikap sopan santun akan lebih mudah bersosialisasi. Dia akan mudah memahami aturan-aturan yang ada di masyarakat dan mau mematuhi aturan umum tersebut. Anak pun relatif mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, supel, selalu menghargai orang lain, penuh percaya diri, dan memiliki kehidupan sosial yang baik. Pen-dek kata, dia tumbuh menjadi sosok yang beradab.”

c)      Menanamkan sikap sopan santun sejak anak masih kecil, anak yang sejak kecil dibiasakan bersikap sopan akan berkembang menjadi anak yang berperilaku sopan santun dalam bergaul dengan siapa saja dan selalu dpat menempatkan dirinya dalam suasana apapun. Sehingga sikap ini dapat diajadikan bekal awal dalam membina karakter anak.

 

Pembudayaan sikap sopan santun di sekolah dapat dilakukan melalui program yang dibuat oleh sekolah untuk mendesain skenario pembiasaan sikap sopan santun. Sekolah dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a)      Peran sekolah dalam membiasakan sikap sopan santun dapat dilakukan dengan memberikan contoh sikap sopan dan santun yang ditunjukkan oleh guru. Siswa sebagai pembelajar dapat menggunakan guru sebagai model. Dengan contoh atau model dari guru ini siswa dengan mudah dapat meniru sehingga guru dapat dengan mudah menananmkan sikap sopan santun.

b)      Guru dapat sekalu mengitegrasikan perilakuk sopan santun ini dalam setiap mata pelajaran, sehingga tanggungjawab perkembanagn anak didik tidak hanya menjadi beban guru agama, pendidikan moral pancasila, dan guru BP.

c)    Guru agama, guru pendidikan moral pancasila dan guru BP dapat melakukan pembiasaan yang dikaitkan dalam penilaian secara afektif. Penilaian pencapain kompetensi dalam 3 mata pelajaran ini hendaknya difokuskan pada pencapain kompetensi afektif. Kompetensi kognitif hanya sebagai pendukung mengusaan secara afektif.

DAFTAR PUSTAKA

Lickona, Thomas. 2013. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Jakarta: Bumi Aksara.

Tinggalkan komentar